Masalah Air Tanah Jakarta

     

HALO INDONESIA PAGI, DAAI TV (Menit ke 14.43)

       Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) melakukan pemantauan terhadap kondisi air tanah CAT Jakarta dengan mengamati 155 titik sumur pengamatan dengan rincian 85 titik (sumur gali dan sumur pantek) dan 70 titik (sumur pantau dan sumur produksi). Pemantauan mencakup 3 (tiga) wilayah Provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten (meliputi Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan) serta Jawa Barat (meliputi Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kota Depok dan Kabupaten Bogor).

      Hasilnya sekitar 80% air tanah pada akuifer bebas (akuifer dangkal) tidak memenuhi standar baku mutu air minum yang disarankan oleh Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/VI/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, padahal air tanah pada akuifer dangkal ini masih menjadi andalan bagi sebagian masyarakat kalangan menengah ke bawah dalam pemenuhan kebutuhan air untuk minum dan MCK. Sedangkan pada akuifer tertekan (akuifer dalam) sekitar 85% kualitas air tanahnya tidak memenuhi standar baku mutu yang disarankan oleh Menteri Kesehatan.

        Secara umum di wilayah Utara CAT Jakarta didominasi dengan kadar TDS, DHL, Fe, Na dan Cl yang tinggi melebihi standar baku mutu Menteri Kesehatan. Jika melihat dari tingginya nilai TDS, DHL, Na, Cl serta analisis dengan perbandingan rasio Cl/HCO3 dan rasio Na/Cl, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intrusi air asin. Sedangkan wilayah Selatan CAT Jakarta didominasi dengan pH asam, Mn, Fe, Pb yang melebihi standar baku mutu Menteri Kesehatan. Hal tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh batuan atau litologi di wilayah Selatan CAT Jakarta yang di dominasi oleh batuan vulkanik.

Sumber: 
https://youtu.be/UQj4qHpxIZU